Penalaran adalah suatu proses
berfikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga
sampai pada suatu kesimpulan yang logis berdasarkan atas evidensi yang relevan.
Dengan demikian, penalaran adalah proses penafsiran fakta sebagai dasar untuk
menarik kesimpulan. Data atau fakta yang dinalarkan itu boleh benar dan boleh
tidak. Data yang dapat dipergunakan dalam penalaran untuk mencapai satu
kesimpulan harus dalam bentuk kalimat
pernyataan.
Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis,
berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang
menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses
inilah yang disebut menalar.
1. Proposisi
dan Term
Proposisi adalah kalimat yang berisi
pernyataan tentanghubungan antara fakta –fakta (subjek dan predikat). Term
adalah kata atau kelompok kata yang dapat dijadikan subjek atau predikat dalam
sebuah kalimat proposisi. Namun proposisi juga dapat diartikan sebagai kalimat
pernyataan tentang hubungan antara fakta-fakta yang dapat dinilai benar atau
salah. Suatu proposisi mempunyai subjek dan predikat yang berbentuk kalimat,
tetapi tidak semua kalimat digolongkan dalam proposisi. Hanya kalimat berita
netral yang dapat disebut proposisi.
Seorang ahli logika bangsa Swiss
bernama Euler pada abad XVII menemukakan konsepnya, empat jenis proposisi
dengan lima macam posisi lingkaran (lingkaran Euler). Keempat jenis proposisi
itu yaitu:
a. Suatu
pangkat yang tercakup dalam subjek sama dengan perangkat yang terdapat dalam
predikat.
Contoh: Semua sehat adalah semua
tidak sakit.
b. Suatu
perangkat yang tercakup dalam subjek menjadi bagian dari perngkat predikat.
Contoh: Semua sepeda beroda.
c. Suatu
perangkat yang tercakup dalam subjek berada diluar perangkat predikat.
Contoh: Tidak seorang pun manusia
adalah binatang.
d. Sebagian
perangkat yang tercakup dalam subjek berada di luar perangkat predikat.
Contoh: Sebagian kaca tidaklah
bening.
2. Jenis-jenis
Proposisi
Berdasarkan bentuknya, preposisi
dibagi atas 2, yaitu:
a. Proposisi
Tunggal
Proposisi tunggal hanya mengandung
satu pertanyaan.
Contoh: Semua mahasiswa adalah agen
perubahan
b. Proposisi
Majemuk
Proposisi majemuk mengandung lebih
dari satu pernyataan,
Contoh: Semua mahasiswa adalah agen
perubahan dan calon pemimpin .
Berdasarkan sifatnya,proposisi
dibagi 2, yaitu:
a. Proposisi Kategorial
Proposisi Kategorial adalah
hubungan subjek dan predikat terjadi tanpa syarat.
Contoh: Sebagian binatang
berkaki empat.
b. Proposisi Kondisional
Proposisi
Kondisional adalah hubungan antara subjek dan predikat terjadi dengan suatu
syarat yang dapat diingat sebelum peristiwa berlangsung.
Proposisi Kondisional dibagi 2, yaitu:
1) Proposisi
Kondisional Hipotesis,yang terdiri anteseden (syarat) dan konsekuen (akibat).
Contoh: Kalau metodenya diubah (anteseden), maka hasilnya
akan berbeda (konsekuen).
2) Preposisi
kondisional Disjungtif, yaitu suatu alternate atau pilihan.
Contoh: Kita akan melanjutkan
diskusi ini, atau bubar saja.
Berdasarkan kualitasnya, preposisi
dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Preposisi Positif (afirmatif)
Preposisi positif (afirmatif) adalah
preposisi yang membenarkan adanyapersesuaian hubungan antara subjek dan
predikat.
Contoh: Sebagian mahasiswa tidak
melekukan KKN.
b. Preposisi
Negatif
Preposisi negatif adalah preposisi
yang menyatakan tidak ada hubungan antara subjek dan predikat.
Contoh: Sebagian orang jompo
tidaklah pelupa.
Berdasarkan kuantitasnya, proposisi
dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Proposisi
Universal
Proposisi universal adalah predikat
proposisi membenarkan atau mengingkari seluruh objek.
Contoh: Semua dokter adalah orang
pintar
Tidak
seorang dokter pun adalah orang yang tak pintar.
b. Proposisi Khusus
Proposisi khusus adalah
predikat proposisi hanya membenarkan atau mengingkari sebagian
subjek.
Contoh: Sebagian mahasiswa gemar
olahraga.
3. Bentuk-bentuk Preposisi
Berdasarkan dua jenis preposisi
yaitu preposisi kuantitas (umum dan khusus) dan proposisi kualitas (positif dan
negatif) didapatkan empat macam proposisi, antara lain:
a. Proposisi Umum positif
Proposisi umum positif adalah proposisi yang predikatnya
membenarkan keseluruhan asubjek yang disebut proposisi A.
b. Proposisi
Umum Negatif
Proposisi umum negatif adalah proposisi yang predikatnya
mengingkari keseluruhan subjek yang disebut proposisi E.
c. Proposisi
Khusus Positif
Proposisi khusus positif adalah proposisi yang predikatnya
membenarkan sebagian subjek yang disebut proposisi I.
d. Proposisi
Khusus Negatif
Proposisi khusus negatif adalah proposisi yang predikatnya
mengingkari sebagian subjek yang disebut proposisi O.
PENALARAN DEDUKTIF
Penalaran
deduktif didasarkan atas prinsip hukum,teori atau keputusan lainnya yang
berlaku umum untuk suatu hal ataupun gejala. Penalaran deduktif bertolak dari
sebuah kesimpulan yang didapat dari satu pernyataan yang umum. Proposisi tempat
menarik kesimpulan disebut premis. Penarikan kesimpulan (konklusi) secara
deduktif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Menarik Kesimpulan Secara Langsung
Simpulan
(konklusi) secara langsung ditarik dari satu premis.
Contoh:
Semua ikan berdarah dingin. (premis)
Sebagian
yang berdarah dingin adalah ikan. (simpulan)
2. Menarik Kesimpulan Secara Tidak Langsung
Simpulan
secara tidak langsung memerlukan dua premis sebagai data. Premis pertama
bersifat umum dan premis kedua bersifat khusus. Beberapa jenis penalaran
deduksi dengan penarikan kesimpulan secara tidak langsung, antara lain:
Beberapa
jenis penalaran deduksi dengan penarikan secara tidak langsung sebagai berikut.
a. Silogisme Kategorial
Yang
dimaksud dengan kategorial adalah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
Dua proposisi merupakan premis dan satu proposisi merupakan simpulan. Premis
yang bersifat umum disebut premis mayor dan premis yang
bersifat khusus disebut premis minor. Dalam simpulan terdapat
subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term minor dan
predikat simpulan disebut term mayor.
Contoh:
Semua manusia bijaksana.
Semua polisi adalah bijaksana.
Jadi, semua polisi bijaksana.
Untuk
menghasilkan simpulan harus ada term penengah sebagai penghubung antara premis
mayor dan premis minor. Term penengah adalah silogisme diatas ialah manusia.
Term penengah hanya terdapat pada premis, tidak terdapat pada simpulan. Kalau
term penengah tidak ada, simpulan tidak dapat diambil.
Contoh:
Semua manusia tidak bijaksana.
Semua kera bukan manusia.
Jadi, (tidak ada kesimpulan).
Aturan umum silogisme kategorial
adalah sebagai berikut.
a) Silogisme
harus terdiri atas tiga term, yaitu term mayor, term minor dan term penengah.
Contoh:
Semua atlet harus giat berlatih.
Xantipe adalah seorang atlet.
Xantipe harus giat berlatih.
Term
mayor = Xantipe.
Term minor = harus
giat berlatih.
Term
penengah = atlet.
Kalau lebih dari tiga term, simpulan
akan menjadi salah.
Contoh:
Gambar itu menempel di dinding.
Dinding itu menempel di tiang.
Dalam premis ini terdapat empat term
yaitu gambar, menempel di dinding, dan dinding menempel ditiang. Oleh sebab
itu, disini tidak dapat ditarik kesimpulan.
b) Silogisme
terdiri atas tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor dan simpulan.
c) Dua
premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
Contoh:
Semua semut bukan ulat.
Tidak seekor ulat pun adalah manusia.
d) Bilah
salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
Contoh:
Tidak seekor gajah pun adalah singa.
Semua gajah berbelalai.
Jadi, tidak seekor singa pun
berbelalai.
e) Dari
premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
Contoh:
f) Dari
dua premis yang khusus, tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh:
Sebagian orang jujur adalah petani.
Sebagian pegawai negeri adalah orang
jujur.
Jadi, . . . (tidak ada simpulan)
g) Bila
salah satu premis khusus, simpulan akan bersifat khusus.
Contoh:
Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA.
Sebagian pemuda adalah mahasiswa.
Jadi, sebagian pemuda adalah lulusan
SLTA.
h) Dari
premis mayor yang khusus dan premis minor yang negatif tidak dapat ditarik satu
simpulan.
Contoh:
Beberapa manusia adalah bijaksana.
Tidak seekor binatang pun adalah
manusia.
Jadi, . . . (tidak ada simpulan)
b. Silogisme Hipotesis
Silogisme
hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi
kondisional hipotesis.
Kalau
premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Kalau
premis minornya menolak anteseden, simpulan juga menolak konsekuen.
Contoh: Jika
besi dipanaskan, besi akan memuai.
Besi
dipanaskan.
Jadi,
besi memuai.
Jika
besi tidak dipanaskan, besi tidak akan memuai.
Besi
tidak dipanaskan.
Jadi,
besi tidak akan memuai.
c. Silogisme Alterntif
Silogisme
alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi
alternatif. Kalau premis minornya membenarkan salah satu alternatif,
simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh: Dia adalah seorang kiai
atau profesor.
Dia seorang kiai.
Jadi, dia bukan seorang profesor.
Dia adalah seorang kiai atau profesor.
Dia bukan seorang kiai.
Jadi, dia seorang profesor.
d. Entimen
Sebenarnya
silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan
maupun dalam lisan. Akan tetapi, ada bentuk silogisme yang tidak mempunyai
premis mayor karena premis mayor itu sudah diketahui secara umum. Yang
dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh:
Semua sarjana adalah orang cerdas.
Ali adalah seorang sarjana.
Jadi, Ali adalah orang cerdas.
Dari silogisme ini dapat ditarik
satu entimen, yaitu “Ali adalah orang cerdas karena dia adalah seorang
sarjana”.
Beberapa contoh entimen:
Dia
menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
Dengan demikian, silogisme dapat
dijadikan entimen. Sebaliknya, sebuah entimen juga dapat diubah menjadi
silogisme.
PENALARAN INDUKTIF
Penalaran induktif adalah penalaran
yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan
kesimpulan umum. Proses penalaran induktif dibatasi sebagai proses penalaran
untuk sampai kepada suatu keputusan, prinsip, atau sikap yang bersifat umum
maupun khusus berdasarkan pengamatan atas hal-hal yang khusus. Beberapa bentuk
penalaran induktif antara lain:
1. Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran
yang mengandalkan beberapa pernyataan yang bersifat tertentu untuk mendapatkan
kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh: Jika
dipanaskan, besi memuai.
Jika
dipanaskan, tembaga memuai.
Jika
dipanaskan, emas memuai
Jadi,
jika dipanaskan, logam memuai.
Benar
atau tidaknya simpulan dari generalisasi itu dapat dilihat dengan cara:
a. Data
itu harus memadai jumlahnya
b. Data
itu harus mewakili keseluruhan
c. Data-data
yang bersifat khusus tidak dapat dijadikan data.
2. Analogi
Analogi adalah cara penarikan
penalaran dengan membandingkan dua hal yang bersifat sama.
Contoh:
Nina adalah lulusan akademi A.
Nina
dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali adalah lulusan
akademi A.
Oleh
sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Tujuan penalaran secara analogi
yaitu:
a. Meramalkan
kesamaan
b. Menyingkapkan
kekeliruan
c. Menyusun
klasifikasi.
3. Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah penalaran
yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Dalam kaitannya
dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antar masalah, sebagai berikut:
a. Sebab
– Akibat
Akibat dari satu peristiwa yang dianggap
penyebab lebih dari satu.
b. Akibat-
Sebab
Akibat- sebab mirip dengan entimen
karena peristiwa sebab merupakan simpulan.
c. Akibat-
Akibat
Akibat-akibat adalah suatu penalaran
yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada
“akibat” yang lain.
SALAH NALAR
Salah nalar adalah kekeliruan atau kesalahan pada gagasan,
pikiran, kepercayaan, atau simpulan. Pada salah nalar ini disebabkan oleh
ketidaktepatan orang mengikuti tata cara pikirannya. Salah nalar dapat
disebabkan oleh beberapa macam, yaitu:
1. Deduksi Yang Salah
Deduksi yang salah terjadi karena orang salah mengambil
simpulan dari suatu silogisme dengan diawali oleh premis yang salah atau tidak
memenuhi syarat.
Contoh: Pak ruslan tidak dapat
dipilih sebagai lurah di sini karena dia miskin.
2. Generalisasi Terlalu Luas
Generalisasi terlalu luas disebabkan oleh jumlah premis yang
mendukung generalisasinya tidak seimbang dengan besarnya generalisasi itu
sehingga simpulan yang diambil menjadi salah.
Contoh: Orang Makasar pandai berdayung.
3. Pemilihan Terbatas Pada Dua alternatif
Dilandasi penalaran alternatif yang tidak tepat dengan
pemilihan “itu” atau “ini”.
Contoh: Engkau harus memilih antara hidup di Jakarta dengan
serba
kekurangan
dan hidup di kampong dengan menanggung malu.
4. Penyebab Yang Salah Nalar
Disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga
mengakibatkan terjadi pergeseran maksud.
Contoh: Sejak
ia memperhatikan dan membersihkan kuburan para leluhurnya, dia hamil.
5. Analogi Yang Salah
Apabila orang
menganologikan sesuatu denagn yang lain dan beranggapan persamaan salah satu
segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi lainnya. Contoh: Sumini,
seorang alumni Universitas Indonesia,
dapat menyelesaikan tugasnya
dengan baik. Oleh sebab itu, Tata, seorang alumni Universitas Indonesia, tentu
dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.
6. Argumentasi Bidik Orang
Salah nalar ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat
seseorang dengan tugas yang diembannya.
Contoh: Kamu tidak boleh kawin dengan Verdo karena orang tua
verdo itu bekas penjahat.
7. Meniru-niru Yang Sudah Ada
Salah nalar ini adalah anggapan bahwa sesuatu itu dapat kita
lakukan jika atasan kita melakukan hal itu.
Contoh: Peserta penataran boleh pulang sebelum waktunya
karena para undangan yang menghadiriacara pembukaan pun sudah pulang semua.
8. Penyemarataan Para Ahli
Salah nalar ini disebabkan oleh anggapan orang tentang
berbagai ilmu dengan pandangan yang sama dan mengakibatkan kekeliruan mengambil
kesimpulan.
Contoh: Pembangunan pasar swalayan itu sesuai dengan saran
Toto, seorang ahli di bidang
perikanan.
Sumber :
·
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/04/definisi-penalaran-induktif-dan-contohnya/
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
0 komentar:
Posting Komentar